Artikel


                              Implementasi Pendidikan Berkarakter dalam Pakta Integritas
Oleh: Dena Mustika (PIPS 2012 A)
Politik sangat dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang memandang politik mengandung berbagai unsur rasa, baik menarik, menyenangkan, bernafsu, serakah, bahkan ada oknum yang bisa bergalau dengan politik. Karena dunia politisi itu sendiri dapat menaruh perhatian pada tiga dimensi, yaitu: hari kemarin, hari ini, dan hari esok. Memandang kondisi politik saat ini pasti ada situasi yang perlu tercermin untuk diperbaiki oleh pemerintah maupun masyarakat.
Mengamati adanya pakta integritas yang terkukuhkan dengan baik membuat pengimplementasian positif yang mengarah pada keadaan yang transparan, obyektif, jujur, dan akuntabel. Pakta integritas memuat pernyataan atau janji terhadap diri individu mengenai komitmen dalam melaksanakan dan menjalankan seluruh tugas, fungsi, tanggung jawab, wewenang, dan peran sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kesanggupan untuk tidak melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pakta integritas menjadi urat nadi bagi kaum politik dalam menjamin keberhasilan politik. Karena dengan adanya pakta integritas dapat menjamin komitmen dan loyalitas individu agar menjalankan peranaannya dengan sebaik mungkin. Pernyataan, perjanjian tersebut mewadahi kearifan dalam dunia politik.
Pendidikan berkarakter erat kaitannya dengan pakta integritas. Karena jika kita telah berkomitmen kemudian melakukan tindak loyal maka kita pun akan mudah untuk menerapkan pakta integritas dalam dunia politik itu sendiri. Komitmen dan loyalitas itu perlu dilandasi oleh pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan kepribadian yang baik. Pendidikan berkarakter dimaksudkan untuk membangun kepribadian bangsa. Pendidikan itu sendiri bertujuan untuk memanusiakan manusia. Karena manusia yang baik adalah manusia yang mampu mendidik dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya. Pendidikan dapat mengelaborasikan olah pikir, rasa dan raga manusia. Dengan adanya pendidikan seorang individu dapat menganalisis strength. weakness, oppurtunity, treatment yang ada pada dirinya. Bangsa yang baik adalah bangsa yang menjunjung tinggi pendidikan. Dan masyarakatnya memiliki sikap unggul, beriman, bertakwa, profesional, serta berkarakter. Jika kita melihat kondisi sosial di masyarakat tentulah memiliki karakter yang berbeda. Ada yang bersifat intropet, ada pula yang bersifat extropet. Keduanya perlu dibimbing agar tidak mengarah pada tindak hipokrit. Karena sifat hipokrit itu sangat merugikan bangsa. Sebagian besar kaum hipokrit lah yang bertindak curang. Akar permasalahan korupsi itu sendiri karena menyepelekan dan bahkan mengimplementasikan perbuatan hipokrit, yang kemudian menjalar dalam bentuk tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Tentu saja tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme sangat merugikan semua lapisan masyarakat. Akar pesoalan politik karana adanya tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme. Maka untuk mengatasi dan meminimalisir secara perlahan tapi pasti, benteng pendidikan  lah yang sangat dibutuhkan. Pendidikan berkarakter terdengar mudah untuk dibincangkan. Namun pengimplementasian dari pendidikan berkarakter ini yang begitu sulit. Jika seseorang telah membentengi dirinya untuk selalu menjauhkan diri dari hal negatif dan menaati nilai dan norma yang ada, secara otomatis ia telah mengimplementasikan pendidikan berkarakter. Menurut Kohlberg, tingkat perkembangan moral seseorang itu ada 3, yaitu: 1. Pra konvensional (apapun yang mendapat pujian/ hadiah adalah baik, dan apapun yang dikenakan hukuman adalah buruk, berbuat baik apabila orang lain berbuat baik padanya), 2. Konvensional (sesuatu berbuat baik untuk menempuh anggapan orang lain atau baik karena disepakati), 3. Post konvensional ( sesuatu dianggap baik bila telah sesuai dengan kesepakatan umum, sesuatu dianggap baik bila telah menjadi prinsip etika yang bersifat universal). Tingkatan terakhirlah yang paling dibutuhkan. Post konvensional dapat memuat masyarakat yang sadar diri akan adanya nilai dan norma sehingga menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Rumuslah sesuatu masalah yang ada berdasarkan sesuatu yang integral dan holistik. Agar masalah-masalah yang kecil tidak bertumbuh menjadi besar dan merugikan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, maupun dalam masyarakat luas.
Begitu pula dengan politik. Jika tidak dilandasi dengan keimanan, intelektual, dan spiritual yang baik, seseorang akan menguasai dirinya untuk bertindak yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada. Karena politik sangat membutuhkan bagaimana untuk mencari suatu keselarasan dan keseimbangan antara penguasa dan yang dikuasai. Meskipun berbagai godaan, isu, gejolak, telah bermunculan di berbagai sisi, namun pengendalian diri dalam menjalankan pendidikan yang bermoral dan berkarakter lah yang patut diutamakan. Karena, jika itu semua telah terwujud maka pakta integritas yang telah ada dapat terlihat jernih dan selaras dengan semua keinginan dan kebutuhan masyarakat. Kita dituntut untuk tidak menghujat terhadap situasi dan kondisi yang telah ada, namun kita perlu memberikan solusi konkret agat politik bersifat menarik dan tidak mengarah kepada hal yang bersifat pragmatis.
Jadilah bangsa yang selalu melihat sejarahnya, belajarlah dari masa lalu untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Janganlah melihat sesuatu dari satu sisi, namun lihatlah secara general. Dengan meilhat dari berbagai sisi maka persoalan yang ada dapat teratasi dengan baik, begitu pula dengan politik. Politik akan menyenangkan jika subjek dan objek yang ada dalan politik bertindak bersih. Bangunlah nilai karakter dalam perwujudan berpolitik, diantaranya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsan, cinta tanah air, mengahargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Karena intelektualitas seseorang iru harus bersifat rasional dan objektif sehingga menghasilkan manusia Indonesia yang seutuhnya. Politik tidak mebutuhkan seseorang yang hanya memiliki otak yang cerdas, namun politik membutuhkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta tindakan yang cerdas dalam mewujudkan keberhasilan politik. Politik harus mengkondisikan pula dengan situasi dan kondisi fisik, psikologis, sosiologis, antopologis, ekonomi, geografis masyarakat, agar masyarakat mendapatkan pemerataan mental yang baik dalam menyalurkan segala inspirasi dan aspirasinya.
Kebersihan lahiriah dan batiniah yang telah tercermin akan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Karena sejahtera itu melebihi perspektif dari keadaan makmur. Sejahtera sudah pasti makmur, namun makmur belum tentu sejahtera. Menjadi manusia yang berkepribadian tubuh yang sehat dan kuat, pikiran yang jernih, roh ada, hati nurani yang bersih, serta nafsu yang terkendali menadi pemicu suksesnya pendidikan berkarakter. Karena pendidikan berkarakter dapat menjamin pakta integritas menjadi bersih dan mensejahterakan bangsa Indonesia. Berpolitiklah yang tidak menyimpang dari hukum, kesadaran dan kefahaman sangat dituntut. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusia telah terjadi kesinambungan yang baik, maka tugas kita adalah mengelola alam sesuai dengan tindakan kita yang tidak melanggar, manfaatkanlah politik untuk mensejahterakan masyarakatnya, janganlah politik dijadikan bumerang yang terlihat hanya menimbulkan gejolak yang tidak pernah habisnya. Ubahlah perspektif demikian. Karena bangsa Indonesia telah memiliki benih-benih unggul yang dapat menjadikan kualitas bangsa Indonesia semakin diperhitungkan oleh bangsa lain. Terlihat jelas bangsa Inonesia memiliki segudang prestasi yang perlu disadari dan dianugerahkan untuk keberhasilan politik. Sehingga Indonesia memiliki masyarakat, pemerintah, dan semua kaum politik yang selalu bersikap cerdas dalam mengamati segala fenomena politik yang terjadi. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar