Sabtu, 02 Januari 2016

Kristalisasi Semangat Nasionalisme yang Berikrar di Tanah Airku, Indonesia

Oleh : Dena Mustika

            28 Oktober 1928 merupakan hari yang istimewa untuk negara Indonesia. Tanggal tersebut merupakan bukti kejeniusan pemuda Indonesia untuk mengikrarkan pengakuan bahwa dengan semangat nasionalismenya pemuda-pemudi Indonesia dapat mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
            Secarik kertas yang ditulis oleh Moehammad Yamin ini menjadi bukti otentik bahwa bangsa Indonesia memiliki cita-cita yang besar untuk negara Indonesia. Kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan, semangat kedaerahan perlu dihapuskan dan digantikan oleh semangat nasionalisme yang komprehensif dan integral. Perjuangan pemimpin dan pejuang Indonesia ini tentunya perlu diwujudkan secara berkelanjutan. Kontribusi apa yang telah kita wujudkan untuk negara kita? Apakah kita telah pantas disebut sebagai pemimpin dan pejuang untuk bangsa ini? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Tentunya kita ingat ada pepatah dari Bapak Proklamator RI, yaitu Ir. Sukarno. Ia mengatakan bahwa Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya.. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Penyataan ini memberikan esensi bahwa pemuda merupakan peran penting terhadap adanya suatu perubahan. Peran positif  tentunya sangat diperlukan untuk perubahan yang baik. Pemuda yang penuh gelora dan penuh asa sangat dibutuhkan untuk bangsa ini.
            Indonesia memiliki piramida penduduk berbentuk limas (expansive). Jumlah penduduk di Indonesia yaitu 255,5 juta atau 40,3 persen dari total jumlah penduduk ASEAN (www.tempo.com:27/03/2014). Dengan jumlah penduduk yang tinggi (khususnya dalam penduduk usia produktif) perlu ada optimalisasi kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di tengah kemajuan zaman. Makna sumpah pemuda jangan hanya diucapkan saja, namun perlu diimplemtasikan dalam kehidupan sehari-hari.  Pemuda zaman dulu telah mampu mengimplementasikan segala kemampuannya. Sumpah pemuda merupakan bukti kejeniusan mereka. Tekad yang kuat telah mereka miliki untuk mewujudkan ikrar tersebut. Sikap ini tentunya perlu dilanjutkan oleh pemuda masa kini. Pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselerasi pembangunan, karena generasi yang akan meningkatkan pembangunan dan perubahan bangsa ada di tangan pemuda itu sendiri.
            Pemuda merupakan “agent of change”, yang perlu memiliki energi yang hebat dan visi yang kuat. Pemuda juga merupakan moral force dan social control di masyarakat sehingga kedudukan pemuda amatlah penting. Peran penting pemuda telah tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai dari pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa tahun 1966, sampai dengan pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang meruntuhkan kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun sekaligus membawa bangsa Indonesia memasuki masa reformasi. Fakta historis ini menjadi salah satu bukti bahwa pemuda selama ini mampu berperan aktif sebagai pionir dalam proses perjuangan, pembaruan, dan pembangunan bangsa. Namun, peran dari pemuda ini jangan hanya menjadi nostalgia belaka. Lihatlah pemuda masa kini. Setiap zaman pasti ada permasalahan yang perlu diberikan solusi yang efektif dan efisien.
Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Sakhyan Asmara memaparkan terdapat 10 masalah yang dihadapi pemuda Indonesia saat ini. Masalah-masalah karakter pemuda itu antara lain: masih maraknya tindak kekerasan dikalangan pemuda, adanya kecenderungan sikap ketidakjujuran yang semakin membudaya, berkembangnya rasa tidak hormat pada orang tua, guru dan pemimpin, sikap rasa curiga dan kebencian satu sama lain. Selain itu, dalam karakter para pemuda juga didapati kecenderungan penggunaan bahasa Indonesia dengan semakin memburuk, berkembangnya perilaku menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, pornoaksi /pornografi, dan lain sebagainya), kecenderungan mengadopsi nilai-nilai budaya asing dan melemahnya idealisme, patriotisme serta mengendapnya spirit of the nation, meningkatnya sikap pragmatisme dan hedonisme, serta kecenderungan semakin kaburnya pedoman moral yang berlaku dan sikap acuh tak acuh terhadap ajaran agama (http://adolescenly.freetzi.com/). Melihat fakta yang ada teentunya segenap permasalahan ini perlu diatasi agar ikrar yang telah tertanam tidak tecabut begitu saja. Peran pemuda lah yang harus memberikan solusi untuk bangsa ini. Caranya tentu saja dengan belajar, belajar, dan belajar.

Belajar merupakan faktor utama untuk memajukan pembangunan bangsa. Dimulai dari cara yang sederhana dengan membaca dan menulis. Karena dengan mebaca dan menulis segala ide, gagasan yang cemerlang tentunya akan kita dapatkan. Setelah itu, elaborasi segala kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif kita agar hal-hal yang sudah kita pelajari dapat diimplementasikan dengan baik. Segala permasalahan tersebut berawal dari karakter setiap individu yang tidak mengimplementasikan pendidikannya dengan baik. Keemasan dan puncak kejayaan Indonesiaa yang diperkirakan akan berada di tahun 2045 ada di tangan pemuda itu sendiri. Generasi penerus bangsa perlu melihat sisi negatif yang telah terjadi di bangsa ini agar menjadi sebuah evauasi dan refleksi yang perlu dicari solusinya. Ikrar pemuda Indonesia harus dimaknai dan dijadikan cambukan bagi generasi masa kini dan generasi yang akan datang untuk mewujudkan negara Indonesia yang lebih baik lagi. Semangat nasionalisme yang menjadi visi misi bangsa harus ditanamkan oleh seluruh warga negara Indonesia agar jiwa-jiwa yang tangguh dan berkarakter dapat terus menjadi aset bangsa ini. Tingkatkan kuaitas sumber daya manusia Indonesia, wujudkan generasi yang selalu memiliki semangat yang bergelora di tanah ini, Indonesia. Selamat hari Sumpah Pemuda. 

Potret Pendidikan untuk Mengintegritaskan Indonesia ke dalam G-20

                                                           Oleh: Dena Mustika

         Dalam UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003: 10). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Potret pendidikan masa kini merupakan landasan untuk memperbaiki pendidikan di masa depan guna menjadikan bangsa Indonesia yang berkualitas dan berkarakter.
            Berdasarkan data yang ada dalam  Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada tahun 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara. Adapun data mengenai mutu pendidika di Indonesia yang disampaikan oleh Menko Kesra HM. Jusuf Kalla bahwa mutu pendidikan di Indonesia kini berada diurutan ke-tujuh dari 10 negara di Asia Tenggara. Hal ini tentunya menjadi masalah yang wajib ditangani bersama oleh seluruh masyarakat Indonesia. Faktor penyebab yang menjadikan hal tersebut dikarenakan tidak berfungsinya tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan bangsa Indonesia itu sendiri. Dari segi pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan, efektivitas serta efisiensi pendidikan tidak terelaborasikan dengan baik sehingga dampak-dampak negatif pun dapat muncul dan menjadi problematika pendidikan di masa kini.
            Jika kita merefleksikan dengan baik tentunya problematika mengenai pendidikan dapat terlihat dengan jelas. Contohnya mengenai pemerataan pendidikan, mari kita telaah ! Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bangsa dengan jumlah penduduk yang tinggi namun tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik. Di kota besar sudah banyak sekolah-sekolah yang bertaraf internasional dan tentunya memiliki sarana dan prasarana yang baik serta tenaga pendidik yang lengkap pula. Namun di daerah-daerah terpencil tentunya masih banyak fakta-fakta yang membuat pendidikan itu sendiri menjaadi tidak merata dalam berbagai aspeknya. Hal ini bisa berdampak kecemburuan sosial ataupun dampak-dampak negatif lainnya. Adapun berdasarkan data Kemendikbud  2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan, disebabkan oleh tiga faktor, yaitu ekonomi, kerja usia dini dan pernikahan di usia dini.Bahkan menurut data terbaru di tahun 2013 dari 7,1 juta pengangguran di Indonesia, 5,04 persen dari sarjana. Jadi, ada 360 ribu sarjana yang pengangguran di tahun 2013.
            Tentunya hal ini menjadi masalah bersama. Masyarakat yang berpendidikan pun sudah sulit untuk mencari pekerjaan apalagi jika tidak berpendidikan. Padahal tujuan pendidikan itu sendiri untuk memanusiakan manusia. Menjadi manusia yang berkarakter dan memiliki integritas yang tinggi serta dapat bersaing di dunia Internasional. Meskipun Indonesia sudah masuk ke dalam negara-negara G-20. Namun perlu dijadikan PR bersama mutu pendidikan di Indonesia pun perlu dipikirkan dan diperbaiki oleh bersama.  G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Jika Indonesia sekarang saja sudah menempati peringkat ke 16 dalam ekonomi dunia, maka di tahun 2020 Indonesia diperkirakan bisa mencapai peringkat ke 7 besar dalam perekonomian dunia. Tentunya hal ini menjadi kabar baik bagi Indonesia dan perlu diwujudkan oleh bersama yang tentunya selalu berkaitan dengan pendidikan.
            Pendidikan menjadi faktor utama agar suatu negara dapat maju dan memiliki warga negara yang mampu berkompeten di dunia Internasional. Meskipun banyak problematika yang muncul namun kita harus tetap optimis bahwa pendidikan di Indonesia dapat terus maju. Upaya untuk memajukannya tersebut perlu didukung pula oleh sistem yang ada dan tentunya pengembangan karakter yang sesuai dengan Pancasila. Di dalam Pancasila sudah terkandung semua aspek nilai baik keagamaan, tolong menolong, serta karakter-karakter positif lainnya yang perlu diinternalisasikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Segala potret pendidikan di masa kini perlu menjadi perhatian khusus yang bersifat komprehensif dan integral.
            G-20 telah memprediksikan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi di dunia. Namun hal ini bisa terlaksana jika seluruh masyarakat Indonesia dibekali pendidikan dengan baik. Bangsa Indonesia perlu memiliki integritas yang tinggi. Karena integritas mmerupakan syarat utama suksesnya pendidikan itu sendiri. Jika setiap individu telah memiliki integritas maka ia akan bertekad untuk menjamin kehidupannya agar sukses. Dan tentunya kesuksesan itu perlu dengan belajar dan berusaha. Belajar dan berusaha tentunya perlu ditanamkan seoptimal mungkin, agar kiat-kiat untuk sukses dapat terwujud semaksimal mungkin.        
            Berkaitan dengan hari pendidikan nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei perlu menjadi refleksi khusus bagi kita untuk mensukseskan pendidikan. Pendidikan perlu diinternalisasikan setiap saat agar pencapaian serta mimpi-mimpi untuk negeri ini dapat terwujud. Indonesia menjadi negara kekuatan di dunia dalam berbagai bidang, bukan hanya dalam aspek ekonomi saja namun dalam seluruh aspek yang ada. Bekali pendidikan untuk negeri ini. Mulailah dari hal-hal yang sederhana namun berdampak luar biasa untuk kehidupan yang lebih baik. Ciptakan visi misi pendidikan yang mampu menjadikan negeri sebagai potret yang sangat indah di abad globalisasi ini. Manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi pula agar negeri ini selalu mengikuti perkembangan zaman sebagai tolak ukur untuk perbaikan di masa depan. Fungsikan seluruh subjek maupun objek yang ada dalam pendidikan. Bangunlah jiwa-jiwa yang selalu haus akan ilmu pengetahuan yang mampu menjunjung negeri untuk memberikan manfaat yang positif.

            Kita harus ingat perjuangan dari pahlawan kita, contohnya Ki Hajar Dewantara. Ia telah menggagas tentang pentingnya pendidikan dan cara untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Tentunya kita tetap harus melakukan yang terbaik untuk negeri ini. Jadikan potret pendidikan di masa kini sebagai landasan untuk memajukan pendidikan di masa depan dan mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan negara di dunia yang terus menginternalisasikan karakter-karakter yang menjunjung tinggi Pancasila. Selamat Hari Pendidikan Nasional.

Internalisasi Pendidikan Berbasis Budaya

Oleh : Dena Mustika
Pendidikan merupakan modal utama terciptanya keluwesan dalam rangka memanusiakan manusia. Pendidikan dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik tua maupun muda. Pembangunan negara yang baik akan terwujud jika pendidikan sudah merata dan terimplementasikan dengan semaksimal mungkin. Ada pepatah bahwa “Carilah ilmu hingga ke negeri China”. Tentunya pepatah tersebut sangat memotivasi manusia, bahwa pendidikan itu dibutuhkan kapan pun dan dimana pun.
Pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik dewasa dan bertujuan dengan mendewasakan terdidik. Tentunya pendidikan patut dilakukan dengan usaha yang gigih, optimis, action, tanggung jawab, dan tidak putus asa, serta yang tak kalah pentingnya pendidikan harus terencana dengan tujuan yang jelas, media yang baik, serta evaluasi yang mendidik. Pendidikan harus dilaksanakan secara utuh yang memuat unsur komprehensif dan integral, dimana setiap individu harus mau dan mampu melaksanakan pendidikan yang ia jalani, tanpa mengabaikan 3 hal/kemampuan dalam pendidikan yaitu aspek pengajaran (kognitif), pengembangan (afektif), pelatihan (psikomotorik). Situasi belajar yang kondusif untuk proses pembelajaran perlu memuat aspek fisik, psikologis, sosiologis, antropologis, ekonomis, dan geografis. Sehingga ukuran hasil belajar akan diperoleh setiap individu baik dalam logika (salah menjadi benar), etika (buruk menjadi baik), estetika (jelek menjadi indah). Dengan begitu, akan memunculkan esensi belajar yang produktif dan menghasilkan manusia yang berkepribadian tubuh yang sehat dan kuat , fikir yang jernih, roh dan hati nurani yang bersih, serta nafsu yang terkendali. Jika sudah tercapai hal demikian, maka pendidikan dalam rangka memanusiakan manusia sudah terimplementasikan dengan baik.
Melihat kondisi masyarakat Indonesia yang tidak semua sadar akan pentingnya pendidikan membuat persepsi yang beragam diantara keadaan sosial yang ada. Perubahan sosial, modernisasi, globalisasi, mendukung proses tergesernya budaya bangsa. Bangsa Indonesia sangat kaya akan budaya yang memiliki unsur-unsur nilai, moral, norma, etika kepribadian bangsa Indonesia. Umumnya hal yang tidak menguntungkan tersebut didukung oleh sikap yang kurang baik, baik dalam hal : ramah (senyum, salam, sapa), bahasa (Ejaan yang Disempurnakan semakin terkikis oleh bahasa gaul remaja masa kini), kedisiplinan yang semakin memudar, sikap hipokrit yang semakin merajalela, meremehkan mutu dan kurang bertanggung jawab. Secara spesifik perubahan sosial budaya, modernisasi, globalisasi mendukung perubahan sosial budaya secara 180 derajat yang diakibatkan oleh adanya sikap permisif. Permisif ialah budaya yang diizinkan, hal yang melanggar norma menjadi diperbolehkan, serta hal yang dianggap tabu menjadi tidak tabu lagi, misalnya : menyontek. Hal tersebut merupakan salah satu contoh penyakit sosial yang bisa terus berkembang ke arah yang lebih serius. Begitu pula dalam gaya hidup masyarakat zaman modern dan globalisasi ini. Pola makan, pakaian, hobby, maupun aktivitas manusia sudah berbanding terbalik dengan pola hidup masyarakat tradisional. Budaya bangsa sudah semakin larut hilang. Maka dari itu diperlukan kiat-kiat untuk mendukung terwujudnya aktivitas masyarakat yang baik tanpa mengecualikan dan menghilangkan unsur asli budaya bangsa. Salah satu cara yang paling efektif dan efisien adalah dengan pendidikan berbasis budaya.
Belajar berbasis budaya merupakan langkah yang tepat untuk mewujudkan pendidikan berbasis budaya. Pembelajaran berbasis budaya memuat 3 unsur yaitu : belajar tentang budaya (menempatkan budaya sebagai bidang ilmu), belajar dengan budaya (metode pemanfaatan budaya), belajar melalui budaya (pemahaman makna yang diciptakan baik melalui kreativitas maupun imajinasi dalam ragam perwujudan budaya). Belajar berbasis budaya harus dilakukan secara berkelanjutan demi tercapainya sisi kulminasi serta mewujudkan situasi indigasi. Dimana mempertujukkan kebudayaan asli setelah kita belajar melalui pendidikan berbasis budaya. Kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi ialah hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Adapun menurut William Ogburn, budaya materi lebih cepat berkembang daripada budaya immateri. Karena kebudayaan yang sulit diterima oleh masyarakat ialah unsur yang menyangkut sistem kepercayaan serta unsur yang dipelajari pada taraf pertama sosialisasi. Budaya immateri yang mudah diterima oleh masyarakat sangat mendukung proses perubahan sosial. Maka dari itu setiap individu perlu mempelajari, memahami, menginternalisasi serta mensosialisasikan esensi yang ada pada pembelajaran berbasis budaya. Dengan pembelajaran berbasis budaya kita bisa menempatkan segala ilmu pengetahuan yang kita pahami dan aktivitas kehidupan yang kita lakukan tanpa mengabaikan dan menghilangkan unsur kebudayaan asli bangsa Indonesia.
Internalisasi pendidikan berbasis budaya dapat dilakukan oleh setiap individu baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat. Keluarga sebagai tempat pertama individu bersosialisasi perlu mengajarkan dan mendidik setiap individu untuk memahami apa manfaat yang dapat dirasakan dan kepuasan jika memaknai arti dari kebudayaan. Dimulai dari tindakan kecil yang terus berkelanjutan sehingga menghasilkan individu yang mencintai kebudayaan tradisional maupun nasional yang ada di Indonesia. Kebudayaan bukan diturunkan (herediter) tetapi melalui proses sosial yang dinamakan sosialisasi. Percontohan dari orang tua, dimana orang tua perlu memperkenalkan dan menginternalisasikan kebudayaan kepada anggota keluarganya (anak-anaknya). Begitu pula dalam lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat yang paling efektif dan efisien untuk mewujudkan pendidikanberbasis budaya. Guru sebagai pendidik perlu mendidik siswanya dalam memahami ilmu pengetahuan dan etika dalam menggunakan ilmu pengetahuan tersebut yang didalamnya selalu menempatkan dan memuat unsur-unsur pembelajaran berbasis budaya. Pembelajaran berbasis budaya perlu diterapkan pada semua mata pelajaran di sekolah yang dilaksanakan secara terintergrasi. Misalnya: mengadakan pentas seni budaya daerah, pembiasaaan 3S ( senyum, salam, sapa, budaya ramah kepribadian masyarakat Indonesia), cerdas cermat budaya Indonesia, adanya ekstrakulikuler seni (baik tari, rupa, musik, drama, dan lain sebagainya), fasilitas yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran berbasis budaya, dan manajemen sekolah. Peran pendidik sangat diperlukan untuk tercapainya keberhasilan pendidikan berbasis budaya. Guru harus memunculkan ide-ide kreatif, inovatif dan konstruktif untuk memacu siswanya untuk mengetahui lebih dalam pemahaman terhadap budaya. Guru dianggap sebagai motivator, fasilitator, mediator, dan evaluator terhadap siswanya. Selain itu siswa pun perlu aktif dan tanggap dalam mengaplikasikan kebudayaan baik dalam memperhatikan gurunya, bertanya, berpendapat, maupun mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru baik di kelas maupun di luar kelas.
Selain keluarga dan sekolah masyarakat dan pemerintah pun perlu mendukung pembelajaran berbasis budaya. Pendidikan dan kebudayaan merupakan hal yang berkaitan erat satu sama lain. Karena keduanya sangat penting untuk setiap individu agar dapat hidup dinamis tanpa mengabaikan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Pemerintah pun perlu memfasilitasi, mewadahi, membuat rancangan yang tepat untuk terselenggaranya pendidikan berbasis budaya yang komprehensif dan integral. Misalnya: dalam media cetak dan elektronik disiarkan acara-acara yang memuat budaya bangsa. Lagu-lagu daerah, tarian daerah, lagu nasional dan kebudayaan asli Indonesia sering dipertunjukkan dan ditontonkan kepada masyarakat. Karena kebudayaan tersebut merupakan kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan. Jangan sampai semakin hilang oleh munculnya budaya luar. Filterisasi perlu dijunjung tinggi oleh masyarakat. Budaya negatif perlu dihilangkan demi terciptanya masyarakat Indonesia yang beretika baik dan bermartabat tinggi.
Kita bisa mengambil contoh konkret kebudayaan yang ada di masyarakat, misalnya budaya Sunda. Kebudayaan Sunda kaya akan kearifan lokal masyarakatnya. Meskipun zaman sudah semakin modern namun budaya Sunda masih tetap eksis di kalangan masyarakat. Hal ini diakibatkan karena masyarakatnya sering menggunakan, melestarikan kebudayaan Sunda tersebut. Dalam pakaian budaya Sunda semakin memunculkan ide-ide kreatif, misalnya: kebaya. Kebaya dimodifikasi semenarik mungkin dengan rancangan dan hasil yang sangat diminati konsumen masa kini. Makanan tradisional orang Sunda pun begitu nikmat, nasi liwet tersedia di berbagai daerah. Karena rasanya yang khas, dilengkapi dengan lalap-lapan, lauk, dan sambal yang menggugah selera makan. Selain itu dari keseniannya pun budaya Sunda tak kalah menarik. Anklung, gamelan, lagu-lagu tradisional, tari-tari tradisional seperti tari jaipongan, tari rampak gendang, tari merak, dan lain sebagainya sudah sangat diminati masyarakat baik masyrakat Sunda maupun luar Sunda. Hal ini didukung dan digemari masyarakat karena seringnya dilakukan pagelaran dan pameran budaya Sunda. Sehingga masyarakat semakin tertarik dengan kekayaan budaya Sunda. Acara pementasan ini pun tidak hanya dilakukan di dalam negeri tapi sudah mendunia. Sehingga bangsa luar pun mengenal dan menyukai kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam bahasa, Sunda memiliki 3 penggunaan,yaitu bahasa loma (dengan sesama), sedeng (sedang), dan lemes (halus). Bahasa tersebut dipergunakan dengan siapa lawan bicara kita lebih tua, lebih muda, atau sesama dengan kita. Bahasa Sunda pun unik, enak didengar dan menarik sekali jika bukan orang Sunda asli yang mengucapkannya. Bahasa Sunda sering digunakan dalam acara-acara di media elektronik sehingga banyak masyarakat yang ingin mempelajari bahasa Sunda. Selain itu dalam budaya Sunda dikenal bahwa orang Sunda ramah tamah dan tidak suka dengan kekerasan. Sehingga masyarakat semakin banyak yang menyukai kebudayaan Sunda.

Kebudayaan Sunda tersebut bisa meiliki kekayaan kearifan lokal yang sangat tinggi sehingga menjadi langkah dalam rangka terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Menempatkan pendidikan berbasis budaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang semakin terinernalisasi pendidikan berbasis budaya dalam setiap aktivitas hidupnya. Tujuan pendidikan pengajaran nasional untuk mencapai peningkatan nasional, pembangunan nasional, pendidikan nasional (tanpa mengabaikan keimanan dan ketakwaan), institusional, kulikuler, maupun instruksional dapat terwujud jika seluruh lapisan masyarakat ikut membangun pendidikan berbasis budaya demi terciptanya manusia Indonesia yang seutuhnya dan masyarakat Indonesia yang seluruhnya.